Senin, 15 Desember 2014

Pemanfaatan Limbah Biji Durian



PEMANFAATAN LIMBAH BIJI DURIAN MENJADI BAHAN BAKAR RAMAH LINGKUNGAN

Bumi merupakan satu-satunya planet yang terdapat kehidupan. Saat ini bumi sedang cedera, karena melimpahnya CO2 di amosfer menyebabkan   keseimbangan alam bumi sudah berubah. Ozon pun menjadi tipis dan memungkinkan ultraviolet sinar matahari mencapai ke bumi langsung tanpa filter oleh atmosfer bumi. Oleh karena itu, mari selamatkan bumi kita dengan segala potensi alam berupa biomassa  yang telah diambil produk primernya serta mempunyai nilai ekonomi yang rendah, menjadi sumber energy yang dapat diperbaharui (renewable) dan berkesinambungan (suistainable). Selain itu, menolong lingkungan dari menumpuknya limbah yang terbuang percuma kerena tidak ada yang memanfaatkan menjadi sesuatu yang bermanfaat. Jika tidak dimanfaatkan maka akan menyebabkan pencemaran, baik pencemaran air, tanah, maupun udara. Kita tidak akan merasakan dampaknya secara langsung. Akan tetapi, dalam jangka panjang akan berakibat fatal, baik terhadap lingkungan itu sendiri maupun bagi kesehatan manusia.
Penggunaan kendaraan bermotor sudah tidak terkendali lagi. Kebutuhan energi dunia pun semakin meningkat, sementara persediaan energi dari bahan bakar fosil jumlahnya terbatas. Bahkan, jika terus-menerus digunakan akan habis ( karena tidak dapat diperbaharui). Selain itu, bahan bakar fosil juga mengandung banyak gas yang membahayakan bagi kesehatan manusia. Pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, diesel, dan gas guna pembangkit tenaga listrik merupakan salah satu dari tiga penyebab terbesar polusi udara. Oleh karena itu, perlu adanya sumber energi alternatif dan ramah lingkungan untuk menyelamatkan bumi kita dari kerusakan.
            Salah satu sumber energi alternatif yang sedang berkembang saat ini  adalah  Bioetanol. bioetanol merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang dapat diperbaharui dan ramah lingkungan yaitu menghasilkan gas emisi karbon yang rendah dibandingkan dengan bensin atau sejenisnya (sampai 85% lebih rendah). Bioetanol mempunyai beberapa kelebihan dibanding dengan bahan bakar minyak bumi. Bioetanol mudah terbakar dan memiliki kalor bakar netto yang besar, yaitu kira-kira 2/3 dari kalor bakar netto bensin. Pada T 25 ÂșC dan P 1bar, kalor bakar netto etanol adalah 21,03 MJ/liter sedangkan bensin 30 MJ/liter. Etanol murni juga dapat larut sempurna dalam bensin dalam segala perbandingan dan merupakan komponen pencampur beroktan tinggi ( angka oktan riset 109 dan angka oktan motor  98). Selain sebagai sumber energi,  bioetanol juga  digunakan sebagai bahan baku industri turunan alkohol, bahan dasar industri  farmasi dan lain-lain. Bioetanol berasal dari bahan makanan yang mengandung pati atau karbohidrat dan selulosa.
            Potensi buah durian yang sangat besar di Indonesia khususnya di Cianjur daerah saya sendiri. Jumlah durian yang dapat dipanen dalam satu pohon adalah 50-60 butir  per tahun dengan bobot di atas 2 kg. Dengan potensi yang sangat besar tersebut, akan sangat disayangkan jika biji duriannya yang sering dianggap sebagai limbah tidak dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih besar manfaatnya, seperti untuk pembuatan bioetanol. Hal ini yang mendorong  peneliti bernama Durio Zibethinus melakukan penelitian yaitu biji durian (Durio sp) mempunyai kadar amilum 43,6% untuk biji durian segar dan 46,2% untuk biji durian yang sudah masak. Ini merupakan angka yang potensial guna pengolahan amilum menjadi bioetanol. Amilum yang berbentuk polisakarida dapat dihidrolisis menjadi glukosa dalam kadar yang tinggi melalui pemanasan. Glukosa inilah yang selanjutnya difermentasi untuk menghasilkan etanol. Peneliti berharap etanol dari biji durian ini, dapat menambah nilai guna dari biji durian menjadi sumber energi pengganti gasoline sebagai langkah awal melepaskan ketergantungan dari bahan bakar fosil yang keberadaannya semakin berkurang dan mahal di pasar dunia. Biji durian diolah menjadi bahan bakar alternatif (biofuel) terbukti dari salah satu karakteristik etanol sebagai biofuel yaitu  mirip dengan bahan bakar bensin, sehingga penggunaannya tidak memerlukan modifikasi mesin. Adapun pengolahan biji durian menjadi etanol tediri dari beberapa tahap. Tahap yang pertama proses gelatinasi yaitu proses dimana  amilum yang berbentuk polisakarida dihidrolisis menjadi glukosa melalui pemanasan dalam kadar yang tinggi hingga terbentuk gel (bubur pati) salah satu caranya yaitu bubur pati dipanaskan sampai 1300C selama 30 menit, kemudian didinginkan sampai mencapai temperatur 950 oC yang diperkirakan memerlukan waktu sekitar 1/4 jam. Temperatur 950 oC tersebut dipertahankan selama sekitar 1 1/4 jam, sehingga total waktu yang dibutuhkan mencapai 2 jam. Tahap yang kedua yaitu mengubah amilum menjadi etanol melalui proses fermentasi dengan bantuan mikroorganisme saccaromyces cerevisiae. Pada proses ini masih terdapat CO2. Lalu dilakukan proses pembersihan CO2  dengan menyaring etanol yang terikat CO2 menjadi etanol yang bersiha dari CO2. Tahap kadar bioetanol yang dihasilkan dari proses fermentasi, biasanya hanya mencapai 8 sampai 10 persen saja, sehingga untuk memperoleh etanol yang berkadar alkohol  95%  diperlukan proses lainnya, yaitu proses distilasi (perhitungan perbedaan titik didih air dan alkohol).
Dapat disimpulkan bahwa,  limbah biji durian dapat dimanfaatkan melalui tiga proses yaitu proses gelatinasi, fermentasi, dan proses distilasi yang kemudian menjadi bioetanol yaitu bahan bakar yang ramah lingkungan, dapat diperbaharui, dan berkesinambungan sebagai pengganti bahan bakar fosil

0 komentar:

Posting Komentar