PEMANFAATAN
LIMBAH BIJI DURIAN MENJADI BAHAN BAKAR RAMAH LINGKUNGAN
Bumi
merupakan satu-satunya planet yang terdapat kehidupan. Saat ini bumi sedang
cedera, karena melimpahnya CO2 di amosfer menyebabkan keseimbangan alam bumi sudah berubah. Ozon pun
menjadi tipis dan memungkinkan ultraviolet sinar matahari mencapai ke bumi
langsung tanpa filter oleh atmosfer
bumi. Oleh karena itu, mari selamatkan bumi kita dengan segala potensi alam
berupa biomassa yang telah diambil
produk primernya serta mempunyai nilai ekonomi yang rendah, menjadi sumber energy
yang dapat diperbaharui (renewable) dan
berkesinambungan (suistainable).
Selain itu, menolong lingkungan dari menumpuknya limbah yang terbuang percuma
kerena tidak ada yang memanfaatkan menjadi sesuatu yang bermanfaat. Jika tidak
dimanfaatkan maka akan menyebabkan pencemaran, baik pencemaran air, tanah,
maupun udara. Kita tidak akan merasakan dampaknya secara langsung. Akan tetapi,
dalam jangka panjang akan berakibat fatal, baik terhadap lingkungan itu sendiri
maupun bagi kesehatan manusia.
Penggunaan
kendaraan bermotor sudah tidak terkendali lagi. Kebutuhan energi dunia pun semakin
meningkat, sementara persediaan energi dari bahan bakar fosil jumlahnya terbatas.
Bahkan, jika terus-menerus digunakan akan habis ( karena tidak dapat diperbaharui).
Selain itu, bahan bakar fosil juga mengandung banyak gas yang membahayakan bagi
kesehatan manusia. Pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, diesel, dan
gas guna pembangkit tenaga listrik merupakan salah satu dari tiga penyebab
terbesar polusi udara. Oleh karena itu, perlu adanya sumber energi alternatif
dan ramah lingkungan untuk menyelamatkan bumi kita dari kerusakan.
Salah satu sumber energi alternatif
yang sedang berkembang saat ini adalah Bioetanol. bioetanol merupakan salah satu bahan
bakar alternatif yang dapat diperbaharui dan ramah lingkungan yaitu
menghasilkan gas emisi karbon yang rendah dibandingkan dengan bensin atau
sejenisnya (sampai 85% lebih rendah). Bioetanol mempunyai beberapa kelebihan
dibanding dengan bahan bakar minyak bumi. Bioetanol mudah terbakar dan memiliki
kalor bakar netto yang besar, yaitu kira-kira 2/3 dari kalor bakar netto
bensin. Pada T 25 ÂșC dan P 1bar, kalor bakar netto etanol adalah 21,03 MJ/liter
sedangkan bensin 30 MJ/liter. Etanol murni juga dapat larut sempurna dalam
bensin dalam segala perbandingan dan merupakan komponen pencampur beroktan
tinggi ( angka oktan riset 109 dan angka oktan motor 98). Selain sebagai sumber energi, bioetanol juga
digunakan sebagai bahan baku industri turunan alkohol, bahan dasar industri farmasi dan lain-lain. Bioetanol berasal dari
bahan makanan yang mengandung pati atau karbohidrat dan selulosa.
Potensi buah durian yang sangat
besar di Indonesia khususnya di Cianjur daerah saya sendiri. Jumlah durian yang
dapat dipanen dalam satu pohon adalah 50-60 butir per tahun dengan bobot di atas 2 kg. Dengan
potensi yang sangat besar tersebut, akan sangat disayangkan jika biji duriannya
yang sering dianggap sebagai limbah tidak dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih
besar manfaatnya, seperti untuk pembuatan bioetanol. Hal ini yang
mendorong peneliti bernama Durio Zibethinus melakukan penelitian
yaitu biji durian (Durio sp)
mempunyai kadar amilum 43,6% untuk biji durian segar dan 46,2% untuk biji
durian yang sudah masak. Ini merupakan angka yang potensial guna pengolahan
amilum menjadi bioetanol.
Amilum
yang berbentuk polisakarida dapat dihidrolisis menjadi glukosa dalam kadar yang
tinggi melalui pemanasan. Glukosa inilah yang selanjutnya difermentasi untuk
menghasilkan etanol. Peneliti berharap etanol dari biji durian ini, dapat
menambah nilai guna dari biji durian menjadi sumber energi pengganti gasoline
sebagai langkah awal melepaskan ketergantungan dari bahan bakar fosil yang
keberadaannya semakin berkurang dan mahal di pasar dunia. Biji durian diolah
menjadi bahan bakar alternatif (biofuel) terbukti dari salah satu karakteristik
etanol sebagai biofuel yaitu mirip dengan bahan bakar bensin, sehingga
penggunaannya tidak memerlukan modifikasi mesin. Adapun pengolahan biji durian
menjadi etanol tediri dari beberapa tahap. Tahap yang pertama proses gelatinasi
yaitu proses dimana amilum yang
berbentuk polisakarida dihidrolisis menjadi glukosa melalui pemanasan dalam
kadar yang tinggi hingga terbentuk gel (bubur pati) salah satu caranya yaitu bubur pati dipanaskan sampai 1300C
selama 30 menit, kemudian didinginkan sampai mencapai temperatur 950 oC
yang diperkirakan memerlukan waktu sekitar 1/4 jam. Temperatur 950 oC
tersebut dipertahankan selama sekitar 1 1/4 jam, sehingga total waktu yang
dibutuhkan mencapai 2 jam. Tahap yang kedua yaitu mengubah
amilum menjadi etanol melalui proses fermentasi dengan bantuan mikroorganisme saccaromyces cerevisiae. Pada proses ini
masih terdapat CO2. Lalu dilakukan proses pembersihan CO2 dengan menyaring etanol yang terikat CO2 menjadi
etanol yang bersiha dari CO2. Tahap kadar bioetanol yang dihasilkan dari proses
fermentasi, biasanya hanya mencapai 8 sampai 10 persen saja, sehingga untuk
memperoleh etanol yang berkadar alkohol 95%
diperlukan proses lainnya, yaitu proses distilasi
(perhitungan perbedaan titik didih air dan alkohol).
Dapat
disimpulkan bahwa, limbah biji durian
dapat dimanfaatkan melalui tiga proses yaitu proses gelatinasi, fermentasi, dan
proses distilasi yang kemudian menjadi bioetanol yaitu bahan bakar yang ramah
lingkungan, dapat diperbaharui, dan berkesinambungan sebagai pengganti bahan
bakar fosil
0 komentar:
Posting Komentar