Sabtu, 20 Desember 2014

PEMANFAATAN BIOETHANOL SEBAGAI UPAYA UNTUK MENYELAMATKAN BUMI




PEMANFAATAN BIOETHANOL SEBAGAI UPAYA UNTUK MENYELAMATKAN BUMI
            Meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia menyebabkan meningkat pula jumlah penggunaan bahan bakar, terutama bensin dan solar yang digunakan untuk aktivitas transfortasi. Saat ini Indonesia mengalami krisis energi yang diakibatkan oleh meningkatnya jumlah penggunaan bahan bakar fosil. Salah satu penyebabnya yaitu terlalu besar ketergantungan penyediaan energi Indonesia pada bahan bakar fosil. Sebagian besar energi yang dieksploitasi di Indonesia berasal dari energi fosil seperti minyak bumi dan batu bara. Meskipun Indonesia salah satu Negara penghasil batu bara, minyak bumi dan gas alam, namun dengan berkurangnya bahan bakar fosil akibat penggunaan yang berlebih menyebabkan harga bahan bakar naik dan kualitas kesehatan lingkungan menurun.
            Penggunaan bahan bakar fosil yang berlebih tidak hanya berdampak pada berkurangnya cadangan bahan bakar, tetapi juga berdampak pada kondisi alam dan dapat dirasakan dampaknya oleh makhluk hidup yang ada di bumi. Kondisi bumi saat ini sungguh sangat memprihatinkan, bumi kita sedang terluka. Disadari atau tidak fenomena pemanasan global yang diakibatkan dari penggunaan bahan bakar fosil yang berlebih itu akibat dari ulah aktivitas manusia. Jutaan industri dan kendaraan bermotor mengeluarkan gas-gas polutan dan CO2 ke atmosfer.
Sangat terlihat dampaknya terhadap lingkungan udara, seperti di daerah perkotaan yang padat penduduknya. Udara sudah tercemar karena tinggi nya aktivitas trasfortasi yang menggunakan bahan bakar fosil. Selain itu, berdampak pula terhadap lingkungan air. Air yang terbuang dari jalan raya apabila terbawa air hujan akan mengandung bocoran bahan bakar dan larutan dari pencemaran udara yang terbawa oleh air hujan, sehingga berdampak pula terhadap kesehatan makhluk hidup.
Melihat permasalahan tersebut harus ada penanganan yang lebih terarah, salah satu solusinya yaitu dengan memanfaatkan biomassa yang ramah lingkungan dan tidak membahayakan bagi makhluk hidup dan ekosistem di dalamnya. Seperti bioethanol yang diolah dari fermentasi jerami padi. Bioetanol merupakan etanol (etil alkohol) yang proses produksinya menggunakan bahan baku alami dan proses biologis, berbeda dengan etanol sintetik yang diperoleh dari sintesis kimiawi senyawa hidrokarbon. Sangat erat kaitannya dengan kondisi alam saat ini yang butuh perhatian khusus agar kerusakan alam tidak semakin parah. Boiethanol bisa membantu menanggulangi kerusakan alam, seperti mengurangi polusi udara dan efek rumah kaca, karena bioethanol dapat digunakan dalam jangka waktu panjang, dapat diperbaharui, bersifat abadi dan ramah lingkungan. Bioethanol dikatakan ramah lingkungan karena dapat mengurangi emisi karbon monoksida serta asap dan partikel yang dikeluarkannya pun lebih rendah. Bioethanol itu sendiri dihasilkan dari fermentasi selulosa hasil hidrolisis jerami padi. Untuk mendapatkan jerami padi yang diolah menjadi biethanol sangatlah mudah, karena Indonesia terkenal dengan negara agraris sehingga mayoritas masyarakat Indonesia terutama di kota Cianjur bercocok tanam padi. Oleh karena itu, untuk memperoleh jerami padi dalam jumlah banyak bisa dengan memanfaatkan jerami padi yang ada.
Jerami padi tersebut bisa diolah menjadi bioethanol sebagai alternatif bahan bakar fosil melalui beberapa tahap. Pertama pilihlah jerami padi yang masih segar atau bisa juga yang baru dipanen, lalu dicacah-cacah dengan mesin penggiling supaya halus, setelah halus masuk ketahap pretreatment yaitu membuka permukaan lignin dengan cara direndam didalam wadah besar dengan menggunakan bahan kimia, bisa juga menggunakan air kapur dan direndam selama 1-2 minggu atau dengan cara ditekan dan dipanaskan secara cepat dengan uap panas. Setelah lignin lunak, jerami dihidrolisis dengan menggunakan asam atau pun dengan enzim. Hidrolisis asam menggunakan H2SO4 encer, jerami tersebut dimasak dengan asam dalam suhu dan tekanan tinggi. Sedangkan hidrolisis dengan enzim menggunakan enzim selulase. Cairan hasil hidrolisis dengan asam memiliki PH yang sangat rendah sehingga harus dinetralkan dan didetoksifikasi sebelum difermentasi menjadi ethanol. Selanjutnya proses fermentasi hidrolisis baik selulosa maupun asam dengan menggunakan ragi roti (yeast). Setelah tahap fermentasi selesai, masuk ketahap furifikasi ethanol meliputi distilasi dan dehidrasi. Pada tahap distilasi yaitu meningkatkan kandungan ethanol menjadi 95 %, sisa air yang masih ada dihilangkan dengan proses dehidrasi hingga kandungan ethanol mencapai 99,5 %. Setelah itu, ethanol siap untuk di gunakan dan dimanfaatkan.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan bahan bakar fosil yang berlebih mengakibatkan semakin berkurangnya cadangan bahan bakar fosil dan menurunnya kualitas kesehatan lingkungan. Salah satu cara untuk menyelamatkan bumi kita dari keruskan lingkungan, yaitu dengan cara memanfaatkan jerami padi yang diolah menjadi bioethanol. Dengan adanya bioethanol yang dapat digunakan sebagai alternatif bahan bakar fosil yang ramah lingkungan, karena dapat mengurangi emisi gas karbon monoksida serta asap dan partikel yang dikeluarkannya pun lebih rendah jika di banding bahan bakar fosil. Bioethanol juga tidak hanya berguna sebagai pengganti solar tetapi juga bisa digunakan sebagai pengganti minyak tanah atau gas untuk memasak.

0 komentar:

Posting Komentar